Penulis : Abednego Panjaitan
Tokoh Nasional, Orang Asli Papua (OAP) yang peduli terhadap Tanah Papua saat ini adalah Ev Lenis Kogoya STh MHum.
Kepedulian Ev Lenis Kogoya terhadap tanah kelahirannya itu sudah terlihat sejak dirinya diangkat menjadi Staf Khusus Presiden pada tanggal 5 Mei 2015.
Berdasarkan penelusuran penulis, Presiden Jokowi telah mengenal Lenis Kogoya saat menjabat sebagai Walikota Solo.
Hubungan dekat Lenis Kogoya berlanjut saat Joko Widodo mencalonkan Gubernur, sehingga Lenis Kogoya pun ikut berjuang untuk menghantarkan Joko Widodo menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Kemudian Joko Widodo mencalonkan Presiden Republik Indonesia, Lenis Kogoya bahkan ‘pasang badan’ untuk memenangkannya.
Dari gunung dan lembah, Lenis Kogoya bekerja siang dan malam agar Joko Widodo yang telah dianggapnya sebagai Kakak dan orang tuanya itu dapat memimpin Indonesia.
Kendati Gubernur Papua Lukas Enembe saat itu sebagai Ketua Partai Demokrat Provinsi Papua kurang sejalan dengannya, namun tidak mengecilkan nyali dan semangat Lenis Kogoya.
Sebagai salah satu Kepala Suku di Papua, Lenis Kogoya berhasil meyakinkan para Kepala Suku lainnya, bahwa Joko Widodo adalah satu-satunya solusi untuk membuka keterisoliran bagi Tanah Papua.
Akhirnya, Jokowi-JK saat itu berhasil mendulang suara sebanyak 2.026.735 atau 72,49 persen dari total 2.795.867 suara sah. Sementara perolehan suara untuk Papua Barat sebanyak 360.379 suara atau 67,63 persen dari total 532.907 suara sah.

Keberhasilan anak Koteka ini sebagai koordinator Tim Pemenangan Capres Jokowi-JK untuk wilayah Papua dan Papua Barat patut untuk diapresiasi.
Sebagaimana Joko Widodo yang tidak pernah di perhitungkan menjadi Presiden, begitu pula Lenis Kogoya, tiba-tiba ditugaskan Presiden Jokowi sebagai Staf Khusus Presiden Bidang Pembangunan Papua dan Papua Barat, sekaligus dipercaya mengurusi masalah Adat di seluruh Nusantara.
Berkat kedekatannya dengan Presiden ke-7 Republik Indonesia itu, maka Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Papua ini bisa mengajak Joko Widodo sampai tiga kali dalam setahun ke Tanah Papua.
Lenis Kogoya membawa Joko Widodo menyaksikan langsung kondisi tanah Papua.
Jokowi melihat langsung fakta yang sebenarnya membelit Papua. Misalnya jalan dari Merauke menuju Boven Digoel sepanjang 120 km ditempuh dengan menghabiskan waktu selama 2 sampai 3 hari berjalan kaki, bahkan masyarakat harus menginap dan memasak selama di perjalanan.
Belum lagi harga semen di pegunungan Papua bisa mencapai Rp.1,5 juta hingga Rp.2 juta per sak ukuran 50 kg. Begitu pula dengan harga premium bisa dibandrol hingga Rp.150.000 per liternya.
Tentulah harga sembako dan kebutuhan rumah tangga lainnya ikut meroket. Masalahnya pada infrastruktur yang tidak dapat menghubungkan setiap daerah. Keterisoliran Papua menjadi PR penting bagi pemerintahan Joko Widodo saat itu.
Alhasil, Megaproyek untuk membuka keterisoliran Papua mulai dikerjakan. Proyek jembatan di Kali Yigi-Kali Aurak salah satu bagian dari Megaproyek Trans Papua. Pemerintah membangun jalan nasional sepanjang 4.330,07 kilometer, yang membentang dari Sorong, Papua Barat (1.070,62 km) ke Merauke, Papua (3.259,45 km).
Kemudian jalan perbatasan di Papua sudah tembus sepanjang 919 km dan 179 km lagi ditargetkan akan selesai dikerjakan.
Pasar Tradisional sebagai pondasi dasar ekonomi kerakyatan tak luput dari perhatian pemerintah melalui Lenis Kogoya. Sejumlah pasar tradisional mulai dibenahinya.
“Pasar tradisional menjadi salah satu jantung perekonomian masyarakat. Pasar ini sangat penting dalam mencari pendapatan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Pasar juga sebagai fasilitas transaksi jual beli bagi masyarakat. Oleh karena itu, saya mendorong pembangunan pasar modern di Papua,” sebut Lenis Kogoya kepada penulis.
Akhirnya sejarah mencatat, ketika Presiden Joko Widodo menjabat Presiden, melalui masukan Lenis Kogoya maka banyak Orang Asli Papua (OAP) menempati posisi strategis di Negara ini.
Misalnya, Brigjen Pol Drs Paulus Waterpauw diangkat sebagai Kapolda Papua selanjutnya menjadi Kapolda Sumatera Utara. Mayor Jenderal TNI Herman Asaribab menjadi Pangdam XII/Tanjungpura, Mayor Jenderal TNI Joppye Onesimus Wayangkau menjabat Pangdam XVIII/Kasuari, Kombes Pol Pietrus Waine dipromosi mendapatkan Bintang menjadi Brigadir Jenderal Polisi, Kombes Pol Jhonny Edison Isir dipercaya menjadi Ajudan Presiden Joko Widodo, untuk yang pertama kalinya OAP diangkat jadi Kapolres di Pulau Jawa, yaitu AKBP Semmy Ronny Abaa dan sederet posisi strategis lainnya.
Bukan itu saja upaya dan kerja keras yang ditorehkan oleh Lenis Kogoya, dia juga mendorong pemerintah agar memperhatikan bidang Pendidikan.
Akhirnya, kerja kerasnya pun gayung bersambut, ribuan anak-anak Papua bersekolah di sejumlah Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia dan Luar Negeri.

Kerja kerasnya sangat fantastis, antara 1.500 hingga 1.600 mahasiswa OAP setiap tahunnya kuliah di Universitas Negeri di Indonesia dan Luar Negeri.
Terobosan Lenis Kogoya untuk perubahan Papua yang lebih maju terus berkobar. Ia mulai merintis Sekolah Penerbangan di Papua. Maksudnya, agar generasi penerus OAP dapat menjadi Pilot-pilot profesional.
Selain itu, Lenis Kogoya mendatangkan mesin dan instruktur tenunan untuk melatih kaum ibu supaya belajar industri kreatif. Ke depan, harapan Lenis, hasil kerajinan ibu-ibu rumah tangga berupa tas, kemeja motif Papua dan kerajinan lainnya akan dapat berkembang di Papua.
Kerja keras lainnya, dari seorang “Anak Koteka” yang dipercaya membantu Presiden di istana, akhirnya pemerintah pusat membangun Stadion Olahraga yang sangat megah berbiaya Rp.1,3 triliun dan diberi nama Stadion Papua Bangkit.
Selain itu, rencana pembangunan 4 (empat) Rumah Sakit bertaraf rujukan nasional di Papua. Lokasinya di Merauke, Biak, Nabire dan Wamena, dimana sebagai dana awal pemerintah pada tahun 2015 menyediakan dana Rp.250 miliar.
Segudang prestasi yang telah diukir oleh Lenis Kogoya untuk tanah kelahirannya, namun sederet prestasi tersebut belum membuatnya puas, dia bercita-cita, kelak OAP akan mewarnai setiap sudut negeri ini, seperti halnya Suku Melayu, Jawa dan Batak, ada dimana-mana memberikan kontribusi untuk Indonesia yang lebih maju dan makmur.
Periode pertama pemerintahan Joko Widodo- Jusuf Kalla telah berhasil merubah Papua berikut putra-putri terbaiknya mengisi setiap sudut Indonesia, apalagi dalam kontestasi kedua kali Joko Widodo berpasangan dengan KH Ma’ruf Amin berhasil merebut 90,66 persen suara rakyat Papua atau berhasil merebut hati 3.021.713 suara, sementara lawannya hanya mendapatkan 311.352 suara atau 9,34 persen. Sedangkan di Provinsi Papua Barat Jokowi mendapat dukungan 508.997 suara, sementara lawannya hanya 128.732 suara.
Akankah kemenangan besar ini akan mampu menghantarkan Lenis Kogoya untuk didaulat sebagai salah satu Menteri dalam Kabinet Jokowi-Ma,ruf Amin? Semoga.
Apalagi Lenis Kogoya adalah Pendiri Dewan Pimpinan Pusat Relawan Doakan Jokowi Menang (DJM) 1 Kali Lagi, yang telah terbentuk di 34 Provinsi dan Luar Negeri. Bukan saja berdiri di setiap Kabupaten/Kota, namun juga terbentuk di tingkat Kecamatan hingga Kampung/Desa/Kelurahan.
Harapan dan doa masyarakat Papua serta cita-cita luhur Lenis Kogoya telah menggema ke seluruh pelosok nusantara. Indonesia menyaksikannya sendiri, bahwa setiap jengkal perubahan menuju kemakmuran Tanah Papua adalah berkat kerja keras dan kegigihan Lenis Kogoya si Anak Koteka yang berada di dalam Istana.
Beban berat yang bertengger di pundak kecil Lenis Kogoya Sang ‘Evangelis’ (Pendoa) ini telah menorehkan catatan sejarah, bahwa untuk yang pertama kalinya Anak Koteka dari Pegunungan Papua mampu mengukir sejarah, tidak cuma berprestasi, tetapi juga mampu berkompetisi ditengah carut-marut haus kekuasaan orang-orang dekat Presiden dalam mengisi jabatan penting dan strategis di pemerintahan.
Akankah kerja keras Lenis Kogoya ini diperhitungkan untuk mengemban tugas yang lebih tinggi lagi sebagai Menteri untuk Indonesia yang lebih maju? (Penulis adalah Pemerhati Papua dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Relawan Doakan Jokowi Menang (DJM) 1 Kali Lagi).