Penulis: Zulkarnaini
Banda Aceh, PERISTIWAINDONESIA.com |
Peringatan Milad GAM yang dihelat setiap 4 Desember, kerap kali dikonotasikan sebagai hari penuh polemik. Hal ini turut disimbolkan dengan aparat yang melakukan Kegiatan Kepolisian Yang Ditingkatkan (K2YD).
“Jangan jadikan peringatan tersebut sebagai hari ketakutan bagi masyarakat Aceh,” kata Mantan Jubir GAM Sofyan Dawood, Kamis (3/12/2020).
Terlebih, kata Sofyan, perdamaian Aceh sudah terjalin selama 15 tahun, sehingga kondisi saat ini tidak bisa lagi disamakan dengan masa konflik. Menurutnya, pola pikir masyarakat terhadap Milad GAM harus dirubah.
“Kalau dulu kita lihat peringatan 4 Desember selalu ada upacara senjata, memakai seragam dan sebagainya. Coba hari ini itu kita ubah. Biar tidak ada lagi trauma di masyarakat terhadap tanggal 4 Desember,” katanya.
Seharusnya, lanjut Sofyan, perdamaian Aceh hari ini justru harus dijadikan sebagai momentum untuk melihat tingkat kesejahteraan Aceh.
“Karena bicara keamanan kita sudah stabil, tapi bicara kesejahteraan jauh dari kata tuntas,” katanya.
Menurut Sofyan, hal ini menjadi tugas Pemerintah Aceh dan DPRA, karena hingga saat ini butir kesejahteraan dalam MoU Helsinki masih belum terealisasi.
“Bicara perdamaian tidak hanya bicara GAM, tapi bicara seluruh masyarakat Aceh. Karena Otsus yang lahir dari perdamaian harus dirasakan oleh masyarakat Aceh,” ujarnya.
Selanjutnya, ia sepakat dengan Ketua KPA Muzakkir Manaf untuk tidak melakukan penggiringan massa dan merayakan Milad GAM cukup dengan doa serta zikir bersama.
“Terlebih kalau ada santunan terhadap anak yatim itu lebih bagus. Bahkan, saya ingin lihat gubernur, bupati/wali kota memberikan santunan anak yatim dalam jumlah besar, sisihkan sedikit anggaran untuk peringatan 4 Desember ini,” tandasnya (*)