Penulis | Ronnie
Medan | Peristiwaindonesia.com
Walikota Medan yang saat ini dipimpin oleh Bobby Nasution sepertinya sudah siap untuk menjadi kandidat yang cukup kuat untuk menduduki kursi Gubernur Sumatera Utara pada pemilihan Kepala Daerah 2024 mendatang.
Dengan banyaknya dukungan dari berbagai kalangan masyarakat serta lembaga maupun organisasi serta partai dan lainnya sangat mendorong kuat hingga menantu Presiden Jokowi tersebut dapat meraih kursi gubernur.
Namun bagaimanakah peluang dalam petarungan dalam kota Medan itu sendiri jika suami dari Kahiyang Ayu itu hijrah ke kursi yang lebih tinggi, siapakah yang layak dan cocok untuk menggantikan posisinya dalam menduduki kursi Walikota Medan.
Menurut pakar politik dan pembangunan Haris Nasution S.Sos M.St mengatakan selama ini kursi Medan satu belum begitu banyak di perbincangkan ke public, karena kondisi politik yang berkembang saat ini di Kota Medan masih dihiasi dengan suasana para calon-calon legislatif dan pemilihan presiden pada bulan 2 tahun 2024 mendatang.
“Kita ini di Medan belum optimal kali bahas walikota, karena isu politik yang menghangat masih sebatas soal legislatif dan pemilihan presiden bulan dua mendantang” ujarnya.
Pria yang menyelesaikan studi S2 nya di University Malaya ini juga menjelaskan, walau demikian peluang yang paling besar dalam pemilihan kepala daerah mendatang yaitu hanya petahana yaitu Aulia Rachman, selain sudah membaca situasi, mereka juga telah membangun kuat trust politik kepada masyarakat.
“petahana itu peluangnya luar biasa, apalagi mereka telah membangun trust kepada masyarakat langsung responsive setiap ada aduan yang disampaikan itu merupakan modal besar” jelasnya.
Masih kata Haris, banyaknya program pembangunan yang saat ini dikerjakan oleh Walikota dan Wakilnya itu tidak terlepas dari pandangan Masyarakat baik itu positif ataupun sebaliknya, fakta yang perlu diingat bahwa semua itu jelas dalam menyelesaikan visi dan misi yang mereka ucapkan, apalagi hasilnya nanti akan langsung dirasakan, baik yang langsung maupun bertahap (multi years).
“itu program Pembangunan yang dibangun pimpinan medan saat ini pasti ada pro kontra, tapi yang perlu di ketahui, mereka hanya menjalankan visi misinya dalam mewujudkan Pembangunan baik secara langsung atau bertahap untuk kemaslahatan orang banyak”.
Alumni Sosial Politik di UISU ini menginginkan bahwa kedepan kota Medan nantinya incumbent berpasangan dengan birokrat yang memahami target PAD, serta kultur budaya kerja birokasi karena dengan begitu mereka lebih leluasa untuk mendongkrak nilai tambah pendapatan serta alur kerja di setiap dinas-dinas tersebut.
Misalnya jika Wakil Walikota sekarang ini ingin maju untuk meraih kursi Walikota, harus bisa berpasangan dengan Kepala BP2RD Kota Medan (Benny Sinomba) yang sekarang, Apalagi, kita lihat beberapa kolaborasi antara dinas pendapatan dengan OPD lainnya betul-betul dijalankan.
Terlepas status hubungan emosional yang dimiliki Benny dengan Walikota Medan, tapi hasil pantauannya saat ini apa yang dikerjakan dinas tersebut betul-betul sesuai arahan atasannya, dan dia bekerja sangat professional sehingga bisa mengarahkan bawahannya untuk bekerja full time, akhirnya isu-isu negative soal Nipotisme itu terabaikan juga.
“ya kalau soal hubungan emosional antara kadis (Benny) itu dengan Walikota itu bukan satu alasan, selagi dia mampu dan bekerja sungguh-sungguh kenapa tidak untuk di dukung, toh nantinya nama Bobby juga kan yang bagus, hingga dapat menepis soal isu negative dibawah soal Nipotisme, apalagi dia bekerja full” ujarnya.
Karena setiap pembangunan tak terlepas dari yang namanya anggaran, oleh sebab itu diharapkan pasangan kepala daerah nantinya dapat menggali potensi-potensi PAD yang ada di Kota Medan, jelas Haris mengakhiri.