Penulis: Marjuddin Nazwar
Jakarta, PERISTIWAINDONESIA.com
Ketua Lembaga Masyarakat Adat (LMA) Propinsi Papua Dr Lenis Kogoya mengapresiasi kinerja para Tokoh Adat, Tokoh Agama, Pemerintah dan TNI/Polri yang telah bekerjasama menyelesaikan Perang Suku antara Suku Dani Lanny Jaya dan Suku Nduga di wilayah Kabupaten Jayawijaya.
Hal ini disampaikan Lenis Kogoya, Kamis (13/1/2022) di Jakarta.
Menurutnya, kebersamaan seperti ini akan selalu menjadi contoh yang baik untuk dilihat masyarakat dan pemerintah di Tanah Papua. Sehingga setiap persoalan dan gejolak sosial yang terjadi di Tanah Papua akan dapat diselesaikan secara Adat.
Untuk itu, Lenis Kogoya mengajak seluruh Kepala Daerah di Bumi Cenderawasih agar melepaskan kepentingan pribadi masing-masing saat menghadapi gejolak sosial seperti perang suku yang kerap terjadi ditengah-tengah masyarakat Adat.
“Mari kita kompak, masyarakat dirangkul dan dibina supaya setiap persoalan dapat selesai seperti perang suku masyarakat Nduga dan Lanny Jaya yang telah berdamai saat ini,” tandasnya.
Disampaikan Lenis Kogoya, sesungguhnya Lembaga Masyarakat Adat (LMA) yang telah berbadan hukum dan diakui oleh Negara merupakan organisasi yang membawa damai, bukan malapetaka.
Apabila terdengar isu bahwa Lembaga Masyarakat Adat selalu menghalangi, membawa masalah bahkan ikut mengacaukan situasi di Tanah Papua, menurut Lenis Kogoya, isu itu adalah salah.
“Salah besar apabila LMA dianggap sebagai lembaga pengacau. Justru Lembaga Masyarakat Adat ini benar-benar hadir untuk masyarakat Adat di Tanah Papua. Tulus untuk membawa kedamaian ditengah-tengah masyarakat Adat,” ungkapnya.
Seharusnya, ujar pendiri Ormas Indonesia Bersatu Tiga Pilar ini, LMA sebagai mitra pemerintah ke depannya dapat terus dilibatkan dalam membina dan menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (Kamtibmas) di Tanah Papua.
“Apalagi ada Dana Otsus. Pemerintah telah mengalokasikan Dua Persen untuk masyarakat Adat, kiranya dana tersebut dapat diberikan kepada LMA. Perang suku dan konflik horizontal yang kerap terjadi ditengah-tengah masyarakat hanya dapat didamaikan secara adat, yang tentunya melibatkan LMA itu sendiri. Asalkan pemerintah hadir bersama LMA, maka tujuan damai itu akan terwujud,” tegas mantan Staf Khusus Presiden ini.
Diuraikannya, banyak contoh konflik antar suku yang telah diselesaikan oleh LMA seperti perang suku di Timika, Puncak Ilaga, Tolikara, Wamena dan yang terakhir perang suku antara Suku Dani Lanny Jaya dan Suku Nduga di wilayah Kabupaten Jayawijaya.
“Hanya Lembaga Masyarakat Adat yang dapat turun langsung menyelesaikannya, asalkan hadir bersama-sama dengan pemerintah, maka apapun persoalannya pasti dapat terselesaikan dengan baik,” tandas Tenaga Ahli Utama Kepresidenan ini.
“Mari kita bersatu membangun zona damai. Menuju Papua Sejahtera. Mari Bangkit Adat dan Pertahankan Kedamaian di Tanah Papua,” ajaknya.
Pantauan awak media ini di lapangan, Koordinator Wilayah (Korwil) LMA Lapago Karlos Wadikbo bersama Sekretaris Wilayah (Sekwil) LMA Lapago Lius Kogoya, Ketua LMA Kabupaten Lanny Jaya Alik Iniki Wandik dan Urinom Kogoya beserta LMA Wamena Herman Doga, beserta jajaran pengurus LMA Nduga atas perintah Ketua LMA Propinsi Papua langsung turun ke masyarakat Adat untuk mendamaikan kedua belah pihak suku yang bertikai.
Pada Rabu (12/1/2022) sekira pukul 10.00 WIT s.d 18.20 WIT di gedung Otonom Kabupaten Jayawijaya telah dilaksanakan rapat penyelesaian masalah terkait perang suku antara Suku Dani Lanny Jaya dan Suku Nduga tersebut.
Adapun para pihak yang turut hadir dalam rapat tersebut Jhon Richard Banua SE MSi (Bupati Jayawijaya), Wentius Nimiangge (Bupati Nduga), Befa Yigibalom SE MSi (Bupati Lanny Jaya), KBP Tagor Hutapea (Dir Intelkam Polda Papua), KBP Budi Satrio (Dansat Brimob Polda Papua), KBP Dr Faizal Ramadhani SSos SIK MH (Direskrimum Polda Papua), Letkol Inf Arif Budi Situmeang SIP Mtr Han (Dandim 1702/Jayawijaya), Letkol Inf Tomy Yudistio Sos (Danyonif 756/WMS), AKBP Muh Safei AB SE (Kapolres Jayawijaya), Kompol Klif (Danyon Brimob Polda Papua), para Tokoh Adat, Tokoh Agama, dan Tokoh Masyarakat Suku Nduga dan Lanny Jaya.
Kronologi kegiatan sekira pukul 10.00 WIT dilaksanakan rapat penyelesaian masalah dan tuntutan ganti rugi akibat dari perang suku antara Suku Dani Lanny Jaya dan Suku Nduga oleh unsur Forkopida, pejabat TNI – POLRI dan Tokoh Adat, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat Suku Nduga dan Lanny Jaya di Gedung Otonom Kabupaten Jayawijaya;
Sekira pukul 10.30 WIT, Suku Nduga telah berkumpul di Distrik Elekma kampung Sinakma sebanyak 400 orang dan Suku Dani Lanny Jaya telah berkumpul di Distrik Wouma sebanyak 400 orang kedua kelompok masih menunggu hasil keputusan dari Bupati Nduga dan Bupati Lanny Jaya.
Berdasarkan hasil rapat, maka sekira pukul 11.10 WIT Bupati Nduga menyampaikan Pihak keluarga korban pertama (Alm Yonas Kelnea) Suku Nduga menuntut agar pelaku pembunuhan segera diproses hukum dan meminta uang santunan sebesar Rp.1.500.000.000,- (1 milyar lima ratus juta rupiah dan 20 ekor babi.
Pihak keluarga korban kedua (Alm Luok Heluka) Suku Nduga meminta pemberian santunan berupa uang tunai sebesar Rp.1.500.000.000,- (satu milyar lima ratus juta) dan 20 ekor babi.
Sedangkan penyampaian dari Bupati Lanny Jaya bersedia memenuhi tuntutan korban khusunya masalah pemberian santunan.
Befa Yigibalom menyarankan agar dibuatkan surat pernyataan di wilayah Pegunungan Tengah, untuk pelaku pembunuhan harus diproses hukum, sehingga tidak terjadi lagi Perang Suku.
Sekira pukul 11.45 WIT, Bupati Jayawijaya dan Bupati Lanny Jaya berserta rombongan bergerak menuju ke perumahan masyarakat Suku Lanny Jaya yang mengalami rumah terbakar akibat perang suku tersebut.
Sekira pukul 12.00 WIT, rombongan tiba di perumahan masyarakat Suku Lanny Jaya di Distrik Wouma, selanjutnya Bupati Jayawijaya beserta rombongan mengecek beberapa rumah warga Suku Lanny Jaya yang terbakar akibat dari perang suku dengan suku Nduga;
Sekira pukul 16.00 WIT, Bupati Jayawijaya Befa Yigibalom beserta rombongan bergerak menuju Distrik Elekma. Sekira pukul 16.10 WIT, rombongan Bupati tiba di Distrik Elekma dan selanjutnya melakukan penyerahan uang sebesar Rp.3.000.000.000,- (tiga milyar) dan 40 ekor babi kepada keluarga korban, yang dilakukan Bupati Jayawijaya, Bupati Lanny Jaya, dan Bupati Nduga. Sekira pukul 18.20 WIT.
Pada Kamis (13/1/2022) sekira pukul 09.00 WIT, kedua Suku yaitu antara Suku Lanny Jaya dan Suku Nduga bersepakat untuk melakukan perdamaian di lapangan Sinapuk Wamena Kabupaten Jayawijaya.
Pantauan Awak Media, aparat keamanan TNI – POLRI masih tetap bersiaga untuk mengantisipasi gangguan Keamanan di wilayah Kabupaten Jayawijaya (*)