Penulis: Agus Susanto
Yogyakarta, PERISTIWAINDONESIA.com |
Pondok Tetirah Dzikir menggelar acara Manakib, yang merupakan acara Doa bersama sebagai ungkapan syukur bahwa Tuhan telah banyak menolong pasien di Pondok rehabilitasi ini.
Hal ini terungkap saat kru PERISTIWAINDONESIA.com, Senin (11/1/2021) bertandang ke Pondok tersebut di desa Kuton Berbah Sleman, yang terletak di Tenggara kota Jogja.
Apalagi suasana pedesaan yang sejuk di tambah sayup-sayup terdengar suara Dzikir, maka terasa semakin menyejukkan hati.
Di kesempatan itu, pimpinan Pondok H Muhamad Eko Tri Handono mengajak kru Media ini berkeliling di sekitar Pondok Tetirah Dzikir, yang merupakan Pondok rehabilitasi untuk menangani mereka yang stres atau gila akibat berbagai macam persoalan hidup, apalagi saat ini banyak yang stress diterpa Pandemi Covid-19 yang telah memporak-porandakan ekonomi dan tatanan sosial.
Menurut H Muhamad Eko Tri Handono, tidak ada orang gila, yang ada ialah orang yang sedang tertimpa masalah berat.
“Kita menyadari bahwa di balik itu Allah mengampuni mereka dan ada rakmad yang di berikan oleh Allah kepada umat-Nya,” timpal Kyai Tri Handono.
Menurut Tri Handono, masyarakat terlanjur memberikan cap gila kepada orang yang mengalami masalah berat itu, sehingga masyarakat mengambil jarak, menjaga image dan memberlakukan mereka di bawah keadaan mereka.
“Namun mereka yang dianggap gila tetap enjoy melakukan proses kehidupan mereka. Kita berikan ruang atau Katasis (meluapkan emosi, menerima keadaan yang ada) namun tetap diberikan keyakinan suatu saat Allah akan mengeluarkan mereka dari keadaan ini,” papar Kyai Tri Handono.
Hal yang menarik dari pengobatan di pondok ini adalah para pasien diajak berdzikir dengan sungguh-sungguh, tulus dan iklhas, sehingga benar-benar masuk ke Qolbu.
Inilah yang dimaksudkan pria santun dan rendah hati ini, bahwa tidak ada orang gila karena masih memiliki Qolbu, yang masih bisa merasakan getaran bathin.
“Mereka akan menangkap ketulusan dan kepekaan, sementara orang di luar sana masih memperlakukan mereka di bawahnya,” sesalnya.
Ada sekitar 120 orang pasien yang sedang dirawat di pondok Tetirah Dzikir ini, kemungkinan masih akan bertambah.
Menurut Kyai Tri, setidaknya terdapat 3 cara pengobatan kepada mereka yaitu: Tarikhoh; Kadariyah; dan Wanasanbandariyah.
Yang merupakan pengembangan dari Abah Anom dari Pondok Suralaya, Tasikmalaya.
Misalnya dengan Mandi wajib, yaitu kepala di siram air dingin secara perlahan, melakukan Dzikir setelah Sholat.
Selain pendekatan spiritual, juga pendekatan secara fisik yaitu dengan pendampingan dalam bersosialisasi pada warga sekitar.
Di Pondok Tetirah Dzikir benar-benar pengobatan melalui pendekatan pada sang Khalik, kekuatan Dzikir yang dahsyat yang mampu melembutkan hati manusia dan kembali ke jalan Tuhan.
“Kita wajib menjalaninya. Di balik itu, Allah mengampuni dosa-dosa kita dan akan di naikkan derajat kita. InsyaAllah. Amin,” tutupnya (*)