Home / Headline

Rabu, 11 Agustus 2021 - 17:49 WIB

Buruh Kritik Sejumlah Kebijakan Pemerintah yang Dinilai Tak Penuhi Rasa Keadilan

Pengurus DPP SBSI 1992 Abednego Panjaitan saat menerima laporan Ketua DPD SBSI 1992 Propinsi Papua Barat Romer Arwam di Jakarta

Pengurus DPP SBSI 1992 Abednego Panjaitan saat menerima laporan Ketua DPD SBSI 1992 Propinsi Papua Barat Romer Arwam di Jakarta

Penulis: Paulus Witomo

Jakarta, PERISTIWAINDONESIA.com |

Aktivis Buruh Abednego Panjaitan menyoroti kebijakan pemerintah dalam menangani pandemi Covid-19 di Indonesia.

“Banyak sekali kebijakan pemerintah saat ini yang kami anggap tidak berpihak terhadap masyarakat khususnya bagi kalangan Buruh, sehingga melukai rasa keadilan masyarakat. Misalnya saja, calon penumpang pesawat yang sudah vaksin dosis pertama diharuskan menunjukkan surat keterangan hasil negative tes RT-PCR yang sampelnya diambil maksimal 2×24 jam sebelum keberangkatan. Padahal biaya RT-PCR sangat mahal berkisar Rp790.000 s/d Rp900.000,” kata Abednego Panjaitan, Rabu (11/8/2021) di Jakarta.

Menurut Sekretaris Jenderal DPP Relawan Doakan Jokowi Menang (DJM) Satu Kali ini, pemerintah pusat dan pemerintah yang berada di bawahnya seyogianya sinkron dan aspiratif ketika membuat kebijakan penanganan pandemi Covid-19.

“Jikalau penumpang pesawat harus PCR, maka penumpang Ojol dan moda transportasi lainnya juga harus PCR dong. Kebijakan harus sama rata dan tidak boleh diskriminasi,” ungkapnya.

Disampaikan pengurus DPP Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) 1992 ini, seharusnya pemerintah menyediakan RS khusus bagi kaum Buruh yang tidak mampu membayar biaya RT-PCR.

Pasalnya, sebahagian besar Buruh yang merantau ke Jakarta dan Kota-kota besar di Indonesia terpaksa harus menggunakan moda transportasi udara untuk menghadiri pesta pernikahan atau acara pemakaman keluarga dekat mereka di kampung.

Sama halnya kebijakan terhadap ketersediaan sembako dan makanan lainnya, menurut Abednego, jikalau pemerintah tidak bisa memberikan makanan gratis kepada kalangan Buruh yang di rumahkan dan korban PHK, maka setidaknya dapat menjaga harga Sembako dan kebutuhan bahan-bahan pokok lainnya agar tidak naik di pasaran.

“Lha ini harga Beras, Cabai, Tomat, Bawang, Sayur-sayuran dan lain-lain naik tajam di Pasar. Akibat kebijakan PPKM ini pedagang sayur mayur dan buah-buahan tidak bisa masuk ke Jakarta, kalaupun ada maka harganya naik dua kali lipat,” sesal Abednego.

Pemerintah, kata Abednego, semestinya menjaga ketersediaan kebutuhan masyarakat seperti obat-obatan dan kebutuhan hidup lainnya.

“Presiden harus turun langsung mengecek obat ke apotik-apotik dan hasilnya memang tidak ada. Ini kan menjadi bukti bahwa masyarakat tidak mendapatkan rasa keadilan,” terangnya.

Diharapkannya, kritikan yang disampaikan oleh masyarakat jangan langsung ditanggapi miring pemerintah. Sebaliknya, kritikan masyarakat seharusnya dijadikan masukan positif atau sebagai objek kajian dalam mencari solusi dan memenuhi rasa keadilan bagi masyarakat.

“Setiap kebijakan yang ditelurkan pemerintah akan selalu berimbas kepada seluruh masyarakat. Teman-teman Buruh akan semakin miskin dan terpuruk jikalau kebijakan yang dibuat pemerintah jauh dari rasa keadilan,” tandasnya (*)

Share :

Baca Juga

Headline

Tak Bisa Mendaftar NIB, Ratusan e-KTP Warga Padangsidimpuan Terblokir

Headline

Kader Demokrat: Kekuatan Orang Baik Akan Kelihatan Saat Dizolimi

Headline

Soal JHT Cair Usia 56, Ketum SBSI 1992: “Tolong Hak Buruh Jangan Dipermainkan”

Headline

Ketua LMA Berharap Polemik Sekda Provinsi Papua Jangan Dijadikan Sebagai Objek Politik

Headline

Nyepi Saka 1945, dan Transisi Tahun Politik 2024

Headline

DPP DJM 1 Kali Lagi Minta Menteri Perhubungan Segera Copot Kepala KSOP Samarinda

Headline

Ditemukan Proyek Pertanian Sumut Diduga Asal Jadi di Simalungun

Headline

Kelompok Tani Hutan Sejahtera Gunung Baringin Tapsel Laporkan PT PLS ke SBSI 1992