Penulis: Agus Susanto
Yogyakarta, PERISTIWAINDONESIA.com |
Melihat rangkaian peristiwa sosial politik tahun 2020 ini, ditambah iklim ekonomi yang kurang menguntungkan di masa Pandemi seperti sekarang ini sehingga dapat menjadi gambaran umum seperti apa arah konsolidasi Demokrasi National ke depan.
Hal ini disampaikan Dekan Fisip Universitas Widya Mataram (UWM) Dr AS Martadani MA, Kamis (24/12/2020) di Kampus Kerakyatan UWM Yogyakarta.
Dikatakannya, setidaknya 4 (empat) gambaran umum arah demokrasi nasional kita ke depan.
Pertama, perubahan kabinet mengindikasikan masih kuatnya koalisi partai politik yang dekat dengan kekuatan oligarkis.
Gerindra yang dalam Pilpres 2019 sebagai sinyal oposisi, menurut Martadani telah kehilangan satu kursi Menteri Kelautan. Pelemahan kepada Gerindra akan melemahkan pada koalisi partai dalam Kabinet Indonesia Maju.
Hal ini akan meretakkan koalisi kabinet dalam tahun-tahun mendatang sehingga dapat semakin melemahkan konsolidasi dalam Pemerintahan.
Kedua, Gerindra yang sebelumnya berkoalisi dengan gerakan masyarakat sipil dalam peran oposisi tidak dengan sendirinya meredam oposisi masyarakat sipil sebagaimana di tunjukkan oleh KAMI dan FPI sehingga di perlukan terobosan konsolidasi demokrasi yang baru tanpa di warnai tindakan represif dan pelanggaran hukum.
Tanpa ada terobosan baru, maka tindakan represif kepada kelompok masyarakat sipil akan dapat meningkatkan peran oligarkis semakin terbuka dalam ranah publik.
Ketiga, kehadiran kelompok penekan masyarakat sipil kepada Pemerintah dapat di identifikasi sebagai gerakan populisme yang sesungguhnya, yang lebih di tujukan kepada perlawanan kelompok oligarkis, identifikasi populisme yang muncul dalam tahun 60-an sebagai gerakan sipil untuk memperoleh hak-hak kewarganegaraan dan keadilan politik maupun ekonomi dengan melakukan protes, kritik perlawanan kepada Pemerintah.
Keempat, konsolidasi Demokrasi Nasional pada gilirannya akan di warnai dan di tentukan perlawanan yang berhadapan antara oligarkis dengan populis secara dialektis.
Lebih lanjut disampaikan Martadani, populisme akan terus semakin kuat melakukan koreksi, protes dan kritik sebagai refleksi kepada oligarkis yang di cerminkan oleh bagian-bagian kebijakan Pemerintahan serta perilaku aktor politik, pun oligarkis akan melakukan taktis untuk meredam gerakan populis.
“Tahun yang begitu menakutkan sudah kita lampaui bersama, kita jelang Tahun yang baru penuh harapan,” jelas Dr Martadani (*)