Home / Nusantara

Selasa, 23 Agustus 2022 - 10:06 WIB

Forum Seniman Menggugat dan Menguat Save TIM: Minta Negara Batalkan Pergub No 16 Tahun 2022

Penulis: Paulus Witomo

Jakarta, PERISTIWAINDONESIA.com |

Forum Seniman Peduli Taman Ismail Marzuki (FSP-TIM) menggelar aksi di Mahkamah Agung RI (MA) dalam mengawal ‘gugatan’ mereka yang sudah dikuasakan kepada pengacara Effendi Saman SH.

Rombongan seniman yang terdiri dari ratusan seniman itu hadir di MA sekitar pukul 12.00 WIB, Senin (21/8/2022).

Gugatan dimaksud berupa pengajuan hak uji materiil terhadap Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 63 Tahun 2019 juncto nomor 16 Tahun 2022 yang memberikan kewenangan penuh kepada PT Jakarta Propertindo (Jakpro) untuk mengelola Pusat Kesenian Jakarta (PKJ) TIM.

“Perusahaan perseroan daerah, yang sesuai Akta Notaris Nomor 24, tanggal 26 Oktober 2021, bidang usahanya adalah perdagangan, jasa dan pengembangan, infrastruktur, serta utilitas real estate dan infrastruktur, ” kata Pengurus Forum Seniman Peduli TIM, Mogan Pasaribu, Senin (22/8/2022).

Kehadiran para seniman di ruang pengadilan itu adalah sesuatu yang tidak biasa. Agaknya, baru pertama kali dalam sejarah republik, yang sudah menyatakan kemerdekaannya selama 77 tahun ini.

“Tapi, hari ini, sebuah kawasan kesenian yang bersejarah, TIM yang diwariskan oleh Gubernur Ali Sadikin sebagai rumah besar seniman, justru sudah tidak merdeka. Kawasan kesenian milik negara, yang sejak awal didirikan (dan seharusnya) bebas dari intervensi kuasa politik dan ekonomi kapitalistik itu kini telah direnggut oleh PT Jakpro,” jelas Mogan Pasaribu.

Tanpa alasan yang jelas, lanjutnya, tanpa perbincangan yang patut dan benar, dengan para seniman yang memiliki hak sejarah, hak moral, hak kultural, dan hak konstitusional atas ruang ekspresi yang melahirkan atara lain, Rendra, Arifin C. Noer, Huriah Adam, Sardono W Kusumo, Wahyu Sihombing, Sutardji Calzoum Bachri, Slamet Abdul Syukur dan lain-lain, para seniman yang berpengaruh, dan memberi sumbangsih bagi kemajuan kesenian dan kebudayaan di negeri ini.

54 tahun yang lalu, Ali Sadikin sudah tegas menyatakan bahwa TIM dibangun sebagai investasi kultural. “Hasilnya tidak segera dapat dikecap, tapi memakan waktu yang lama, ” kata Ali Sadikin saat meresmikan Taman Ismail Marzuki pada tanggal 10 Nopember 1968, sebagaimana dikutip Pelopor Baru, No. 684 Tahun 1968. Ia pun mengingatkan, “Politik sebagai panglima di bidang kebudayaan tidak boleh terjadi di Pusat Kesenian, ” (El Bahar, 12 November 1968).

“Apa yang telah kita tanamkan sebagai modal seni, modal kebudayaan, di kompleks Pusat Kesenian Jakarta ini, akan memberikan bunga dan buah-buah karya seni yang tak terhingga nilainya bagi kehidupan kultural kita di ibu kota di masa-masa yang akan datang!, ” ucap Mogan Pasaribu menirukan ucapan Ali Sadikin (*)

Share :

Baca Juga

Nusantara

Di PRS 2022, Bobby Nasution Ingin Pengunjung Dapat Vaksin Booster, Sehatkan Masyarakat & Perekonomian

Nusantara

Kendalikan Inflasi, Disperindag Aceh dan Pemkab Gayo Lues Gelar Pasar Murah

Nusantara

Terindikasi Menyalahi Aturan Karena Belum Ada Kontrak,Proyek Siluman Di Duga Kepunyaan Kontraktor Atun Sudah Bekerja Diam Diam

Nusantara

Kehadiran Kaum Milineal Dibutuhkan Dalam Perubahan Di Kota Medan

Nusantara

2024, Jalur Layang KA Kuala Namu, Medan & Binjai Dapat Digunakan

Nusantara

Oknum Humas Pemkot Bekasi Berkelit Terkait Permainan Anggaran Publikasi

Daerah

Unik !! Warga Cicadas Di RT 01/03 Makan Pakai Daun Pisang, Olvy : Momen Kebersamaan Di Acara Ngeliwet

Nusantara

Wujudkan Implementasi JKN-KIS, Gayo Lues Raih Penghargaan UHC Award 2023