Penulis: Agus Susanto
Yogyakarta, PERISTIWAINDONESIA.com |
Dampak globalisasi berimbas pada kondisi dehumanisasi, krisisnya jati diri dan melemahkan kehidupan bangsa, sehingga diperlukan pengembangan inovasi dan daya saing bangsa.
Inovasi sosial berbasis local wisdom atau kearifan lokal diperlukan dalam menjawab tantangan saat ini. Inovasi sosial dibangun dengan berorientasi pada manfaat, tidak sekedar berorientasi pada keuntungan individu maupun kelompok.
Hal tersebut disampaikan Prof Dr Ravik Karsidi MS Staf Khusus Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) RI sebagai Keynote Speaker Studium Generale Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Widya Mataram (UWM) secara daring yang diikuti para mahasiswa Fisipol dan umum.
Fakultas yang dinahkodai Dr AS Martadani Noor MA sebagai Dekan tersebut mengadakan Studium Generale dengan mengangkat tema Kearifan Lokal dalam Penguatan Kepemimpinan.
Turut hadir dalam acara tersebut para pimpinan UWM, pimpinan di lingkungan Fisipol, serta para dosen.
Narasumber lain yang juga turut mewarnai Studium Generale tersebut diantaranya Dosen prodi Administrasi Publik Dra Syakdiah MSi menyampaikan materi pemimpin dan Kepemimpinan.
Dosen prodi Ilmu Komunikasi Tommy Satriadi Nur Arifin SIKom MA memaparkan tentang komunikasi mitigasi bencana; dan Dosen dan ketua prodi Sosiologi Paharizal SSos MA menyampaikan tentang eksistensi local wisdom dalam masyarakat kontemporer.
“Sudah tiba saatnya bangsa Indonesia mengubah paradigma untuk mengglobalkan kearifan lokal sebagai bangsa yang kaya akan budaya dan nilai luhur,” kata Prof Ravik, Guru Besar UNS itu, Sabtu (28/11/2020).
Aspek inovasi kepemimpinan, lanjut Prof Ravik, didalamnya terdapat pola kepemimpinan berbasis kearifan lokal yang diwujudkan dalam bentuk kepemimpinan kolektif.
Hal itu teraktualisasi di tengah munculnya pandemi Covid-19 sebagai respon masyarakat. Berbagai upaya dilakukan seluruh komponen masyarakat dengan menggali potensi yang dimiliki untuk mengatasi Covid-19.
Hal itu menjadi gerakan sosial yang telah dilakukan salah satu RW di Jawa Tengah, dan kampung tangguh di Jawa Timur. Kepemimpinan kolektif sebagai inovasi sosial merupakan kepemimpinan yang mengakomodir dan bercirikan penguatan nilai, budaya, jati diri dan identitas lokal/nasional.
Rektor UWM Prof Dr Edy Suandi Hamid MEc menyampaikan nilai-nilai sekaligus prasyarat yang melekat pada seorang pemimpin.
Seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuan. Prasyarat lain ialah komitmen dan integritas sehingga dapat menjadi teladan bagi orang lain. Ki Hadjar Dewantara merumuskan kepemimpinan sosial ungkapan ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangunkarso dan tut wuri handayani. Pesan-pesan leluhur dan asas-asas kepemimpinan itu mengandung nilai-nilai kepemimpinan yang universal.
“Inti dari sifat-sifat kepemimpinan yang universal bahwa sang pemimpin harus dapat memotivasi dan memberikan keyakinan kepada yang dipimpinnya sehingga yang dipimpin merasakan kemanfaatan dan kesejahteraan,” jelas anggota Parampara Praja Pemda DIY itu (*)