• Kam. Apr 18th, 2024

PANDANGAN KEBANGSAAN AULIA RAHMAN PATUT DIAPRESIASI

Byabed nego panjaitan

Apr 13, 2023

Penulis : Masbie

Medan, | Peristiwaindonesia.com

Belum lama ini kita ada mendengar Wakil Walikota Medan Bapak Aulia Rahman menyampaikan ketakutan beliau terhadap hilangnya peradaban. Tentunya ketakutan Aulia Rahman bukan tanpa sebab. Dizaman globalisasi yang ditopang dengan kemajuan teknologi membuat dunia ini semakin kecil. Penghancuran budaya dan peradaban suatu bangsa dapat dilakukan dari sebuah bilik dibelahan dunia lain, demikian disampaikan Tunggul CE Butar butar kepada media.

 

Ketakutan Aulia selaku pemimpin adalah hal yang wajar, kalau dia berfikir untuk bangsanya. Karena Banyak juga pemimpin yang tidak peduli terhadap bangsanya, mau hancur pun bangsanya dia tidak peduli, ucap Aktifis dan Pemerhati Sosial ini.

 

Oleh karena, wajar jika Aulia Rahman yang mencintai bangsanya nyampai kegundahannya, lanjut Tunggul.

 

Penggunaan istilah Pribumi dan Non Pribumi yang juga disampaikan oleh Aulia juga tidak salah jika hal tersebut digunakan untuk memotivasi saudara sebangsanya agar berjuang untuk memajukan bangsanya, kata Tunggul.

 

Kita jangan alergilah terhadap istilah, tegas Tunggul.

 

Selagi tidak ada makna diskriminasi dalam pernyataan tersebut, pernyataan tersebut tidak perlu dipolitisir, dan jangan paksakan seakan ada unsur diskriminasi didalam pernyataan beliau, lanjut Tunggul.

 

Aulia Rahman tidak ada mengatakan bahwa non pribumi tidak bisa menjadi pemimpin di negara ini. Beliau hanya menyampaikan, memotivasi agar saudaranya warga negara Indonesia yang penduduk asli (pribumi) jangan sampai kalah dari warga negara Indonesia yang pendatang (non pribumi), ucap Tunggul.

Dan satu hal, penggunaan istilah Pribumi dan Non Pribumi masih terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) jadi istilah tersebut masih bisa dipergunakan dalam ucapan. Mungkin dalam membuat aturan sudah tidak diperbolehkan. Jadi mari kita apresiasi pandangan Kebangsaan Aulia Rahman dan jangan dipolitisir untuk menunjukkan seakan akan kita Indonesialis, padahal tidak ucap Tunggul mengakhiri.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *