Home / Headline

Selasa, 4 Januari 2022 - 09:03 WIB

DR Capt Anthon Sihombing: “Sejengkalpun Lahan Saya Tidak Akan Saya Berikan, Sebab Ini Termasuk Perampasan Hak”

DR Capt Anthon Sihombing turun ke lokasi tanah miliknya di Siborong-borong, yang diklaim olehnya telah dirampas secara paksa

DR Capt Anthon Sihombing turun ke lokasi tanah miliknya di Siborong-borong, yang diklaim olehnya telah dirampas secara paksa

Penulis: Dedy Hutasoit

Taput, PERISTIWAINDONESIA.com

Salah satu pemilik lahan jalan lingkar Siborongborong DR Capt Anthon Sihombing turun dari Jakarta untuk mengukur lahannya yang diduga dirampas Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara (Pemkab Taput) tanpa terlebih dahulu berkoordinasi kepadanya selaku pemilik lahan.

“Sejengkalpun lahan saya tidak akan saya berikan, sebab ini termasuk perampasan hak”, tegas Wakil Sekjen Depinas SOKSI ini, Senin (3/1/2022) di lokasi jalan lingkar Siborongborong tersebut.

Menurutnya, pelaksanaan pekerjaan pembangunan jalan lingkar Siborongborong ini sudah seperti sistem kolonial, dan tergolong seperti zaman penjajahan.

“Salah satu pemilik lahan saya sendiri, namun undangan atau pemberitahuan kepada saya tidak pernah diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara. Ada apa ini?” tanya Ketum Depipus Baladhika Karya Depinas SOKSI ini.

Padahal, katanya, Pemerintah Pusat telah membuat regulasi Pengadaan Tanah yang terkena pembangunan, yakni PP No 19 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah, dengan tujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur melalui pembangunan nasional.

“Yang menjadi pertanyaan, mana kesejahteraan dan keadilan yang didapat oleh masyarakat pemilik lahan di jalan lingkar Siborongborong ini,” tanya Anthon Sihombing lagi.

Menurut Dr Capt Anthon Sihombing arwah Presiden Pertama RI juga tidak sudi namanya dicantumkan di lahan yang bermasalah.

“Saya rasa juga arwah dan marwah Ir Soekarno tidak akan menerima namanya dicantumkan pada sebuah nama jalan di lahan yang bermasalah atau di lahan masyarakat yang sifatnya dirampas atau dijajah,” jelasnya.

Untuk itu, kata aktivis Tinju ini, pada Kamis (6/1/2022), dirinya akan mempersiapkan alat berat berupa excavator guna mengembalikan keadaan lahannya itu seperti semula.

“Apabila pihak rekanan atau pihak Balai Jalan dan Jembatan Wilayah Sumatera Utara tidak mengembalikan atau menyetop kegiatan pambangunannya sementara waktu, saya tidak menghalangi pembangunan, tetapi hak saya yang telah dirampas bagaimana? Saya telah dijajah,” protes Anthon.

Diberitakan sebelumnya, pihak Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara – Sumatera Utara telah menitipkan anggaran biaya ganti rugi ke Pengadilan Negeri Tarutung, namun terdapat dua versi dana yang dititipkan itu, yakni ganti rugi dan ganti untung.

Ironisnya lagi, uang ganti rugi atau ganti untung tersebut berasal dari instansi yang berbeda, sehingga menimbulkan pro dan kontra ditengah-tengah masyarakat (*)

Share :

Baca Juga

Headline

Cegah Penularan Covid-19, Menhub Wajibkan Penumpang Siapkan Hasil Negatif Tes Antigen

Headline

Awas, Galian Parit Sekurity PTPN IV Kebun Laras Dikuatirkan Dapat Menggerus Pondasi Titi Besi

Headline

DPD SBSI 1992 Propinsi Kalimantan Timur Desak Pemerintah Segera Urus Kepulangan Korban PJTKI Ditelantarkan di Suriah

Headline

Tidak Benar Ada Aktivitas PETI di Desa Entabuk, Belitang Hilir, Sungai Kubu

Headline

Pekerja Migran Indonesia Meminta Perlindungan Hukum, 84 Karyawan Tak Digaji di Solomon Islands

Headline

Inilah Tiga Kesalahan Fatal AHY Soal Tuding Kudeta

Headline

Lapor Pak Bupati: Belum Setahun Diaspal, Ruas Jalan Simpang Empat Surbakti Mulai Rusak

Headline

Eksportir Sumut Menjerit, Ketum Depalindo Sebut Pelindo I Belawan Tidak Profesional